STADIUM GENERALE PRODI EKONOMI SYARIAH

Pada hari Rabu 24 Maret 2021 program studi Ekonomi Syariah FEBI UIN Sunan Kalijaga menyelenggarakan kegiatan Stadium Generale secara daring dengan tema “Islamic Moral Economy’s Worldviews for the Development of Society: Theory and Practice” dengan dengan narasumber Prof. Dr. Mehmet Asutay. Kegiatan dimulai pada pukul 14.00 Wib yang diawali dengan salam pembukaan oleh MC, kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan kata sambutan yang disampaikan oleh Dekan FEBI UIN Sunan Kalijaga, Dr. Afdawiza, M.Ag. Paparan materi disampaikan oleh Prof. Dr. Mehmet Asutay dengan moderator Dr. Abdul Qoyum (Kaprodi Ekonomi Syariah). Kegiatan Stadium Generale ini dihadiri oleh lebih 300 orang peserta yang terdiri dari Dosen, Mahasiswa dan Masyarakat Umum.

Pada paparan materi yang disampaikan Prof. Dr. Mehmet Asutay menjelaskan bahwa pentingnya moral dalam pengembangan ekonomi dan masyarakat. Menurutnya, yang harus ditingkatkan di masyarakat tidak hanya kegiatan ekonomi dan finansial, seluruh aspek kehidupan sangat penting untuk dikembangkan. Sebagai contoh, saat ini kita di masa pandemi, faktor kesehatan sangat mempengaruhi ekonomi, pengembangan ekonomi tidak bisa sempurna tanpa dilengkapi dengan kesehatan. Sebagai respon terhadap pentingnya keseimbangan kehidupan, Ekonomi Islam lebih mengutamakan untuk meraih “falah” daripada kepuasan (utilization). Paradigma yang digunakan adalah “mizan” tidak hanya dalam ekonomi, tetapi di seluruh sendi kehidupan. Setiap orang harus memiliki akses terhadap sumber daya yang sudah disediakan oleh Allah SWT.

Jadi, substansi Islamic Moral Economy (IME) adalah keadilan, yang mendorong kepada pemerataan melalui sebanyak-banyaknya menyebarkan ihsan. Inilah yang seharusnya menjadi maqashid syariah dari keuangan Islam. Faktanya, kesenjangan yang terjadi dalam masyarakat lebih besar daripada yang kita duga. Kita berasumsi bahwa ketidakmerataan di sekitar kita hanya pada 1-2 tingkatan, padahal sejatinya kesenjangan antara yang kaya dan miskin sangat jauh. IME bertugas mengurangi bahkan menghilangkan kesenjangan tersebut dengan prinsip mizan (keseimbangan). Disrupsi terhadap mizan membawa kepada krisis ekonomi, sosial, lingkungan hidup dan Hak Asasi Manusia (HAM).

Penting untuk diketahui bersama mengenai aksioma-aksioma yang dikembangkan dalam IME yaitu tauhid, adâlah dan ihsan, tazkiyah, dan rububiyah. Seluruh aksioma itu bersama penguatan maqashid syariah akan menghadirkan amanah pada setiap individu dalam masyarakat. Individu yang amanah akan membawa kepada sikaf khalifah (jiwa kepemimpinan) yang bertanggung jawab terhadap pemenuhan hak individu-individu di sekitarnya, hingga terjalin ukhuwwah (persaudaraan) yang kuat.

IME yang sudah mendarah daging dalam jiwa masyarakat dan dijadikan sebagai ajaran yang disebarkan akan menciptakan masyarakat yang bebas dari korupsi, juga mengurangi kemiskinan, keadilan sosial akan merata, sehingga pembangunan ekonomi berkelanjutan akan dapat dicapai.

Prof. Dr. Mehmet Asutay menutup presentasinya dengan menyatakan bahwa hal ini masih menjadi tantangan yang memiliki jalan panjang untuk diraih. Oleh karena itu, ke depan ada beberapa tugas yang masih harus diselesaikan. Usaha ini dapat berupa jangka pendek dan jangka panjang. Untuk jangka pendek kita dapat melakukan perbaikan dalam beberapa aspek seperti pengembangan lembaga keuangan yang bersifat sosial, penguatan ekonomi pada sektor riil, waqaf dan zakah, enterpreunership dan lain-lain.

Selanjutnya adalah tanya jawab yang dipanduoleh moderator. Ada banyak pertanyaan yang disampaikan, namun karena waktu yang tidak mencukupi. Pertanyaan yang berhasil dijawab adalah pertanyaan dari Listiana, ia menanyakan bagaimana agar IME bisa diterima secara universal, mengingat bahwa nilai-nilai yang ada dalam IME sebenarnya bersifat universal. Prof. Dr. Mehmet Asutay menjawab bahwa orang-orang akan melihat pada outcome, jika kita bisa menunjukkan outcome yang bagus dari IME, maka seluruh dunia akan mempercayainya, terlepas dari perbedaan agama yang mereka anut. Selanjutnya pertanyaan dari Ashnov Ahmada, ia menanyakan bagaimana IME bisa diterapkan pada masyarakat, mengingat bahwa sistem pemerintahan negara Indonesia adalah berdasarkan ekonomi konvensional. Prof. Dr. Mehmet Asutay menjawab bahwa dia tidak menganggap negara sebagai masyarakat. Ide IME ini sangat individual, oleh karena itu dia menyebut “masyarakat ihsani bukan negara”. Dia menyatakan bahwa IME mengharapkan individu ihsani, masyarakat ihsani. Menurutnya proses pengembangan makro lebih penting daripada status. Menciptakan individu ihsani sehingga tercipta masyarakat ihsani tertanam dalam sejarah kita. Memang IME terlihat seperti utopia katanya, tapi kita tidak akan dapat mencapai kenyataan tanpa ada impian. Pertanyaan terakhir adalah dari Lailatis Syarifah, yang menanyakan tentang apa yang bisa dikembangkan oleh Prodi Ekonomi Syariah demi pengembangan IME. Prof. Dr. Mehmet Asutay menyatakan bahwa Prodi harus berusaha mengembangkan kurikulum ihsani, yang tidak hanya berfokus pada akumulasi ilmu pengetahuan, tetapi juga harus menuju kepada pembentukan mahasiswa yang memiliki kualitas kepribadian ihsan.

Setelah sesi diskusi selesai, kegiatan Stadium Generale ditutup dengan doa dan foto bersama. Kegiatan berakhir tepat pada pukul 17.00 Wib. red